Dadupoker |
INDONEWS - Seperti yang anda ketahui seluruh pembaca setia ditanah air. Dari tahun ke tahun Negara indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat lambat. Baru - Baru saja di tahun 2015 - 2018 saat ini Negara ini telah mengalami kemajuannya yang sangat pesat. Dimana setelah di pimpin pemerintahan Jokowi beserta para menterinya. Yang dikatakan sangat tegas dan focus didalam tugas mereka masing-masing .
Namun mengapa sampai saat ini Indonesia masih terlibat. Pada hutang yang cukup besar dengan negara - negara dunia lainnya. Kenapa dengan sumber daya alam yang kita miliki tidak bakalan akan habisnya ini. Tidak bisa melunasi hutang dinegara ini ?. Salah satu sebab paling mencolok adalah KORUPSI hal ini sudah anda ketahui sebelumnya. Tetapi kali ini ada hal baru lagi yang membuat ekonomi indonesia terpuruk ditahun sebelumnya. Salah satu ini telah ditemukan oleh salah satu menteri jokowi yakni Sri Mulyani .
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Bank Indonesia Agus Martovardoho dan Presiden Komisi Jasa Keuangan (FSA) Vimbo Santoso hari ini mengunjungi Kelompok Kerja (Rake) ke Komisi XI DPR untuk pembahasan RUU tersebut, ratifikasi Protokol terhadap implementasi paket keenam kewajiban jasa keuangan berdasarkan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) .
Dalam hal ini, Agus Martovardoggio mengatakan kepada Parlemen tentang krisis keuangan 1998, yang mengakibatkan Indonesia bergabung dengan banyak bank asing. Selama krisis keuangan 1998, Agus mengatakan, Indonesia menawarkan investor di dalam dan luar negeri untuk membeli bank yang telah tertangkap oleh negara. Hal ini disebabkan terciptanya restrukturisasi keuangan pasca krisis di Indonesia .
"Indonesia mengalami krisis keuangan dimana proposal keuangan kepada investor di dalam dan luar negeri direstrukturisasi untuk membeli bank dengan keadaan bodoh, dimana pada saat bank dijual," katanya dalam sebuah wawancara dengan DPR / MPR RI, Jakarta .
Saat itu, investor Singapura membeli tiga bank - Danamon, UOB dan NISP. Sementara Malaysia membeli dua bank, yaitu Bank Niaga dan Bank Internasional Indonesia (BII). Kedua negara membeli perseroan terbatas (PT) di Indonesia, namun sahamnya sebagian besar asing .
Indonesia sudah ada di lingkungan sekitar, sudah ada ratusan, ribuan ATM di dalam toko, dan itu benar, "tambahnya.
Ketua Dewan Komisaris FSA Vimbo Santoso menambahkan, kehadiran bank asing di Tanah Air cukup sedikit. Padahal, ada bank asing dengan 10 cabang di Indonesia .
Menurutnya, selama krisis 1998 ada sejumlah cabang bank asing di Indonesia, dan Indonesia harus menerima kehadirannya di dalam negeri. Oleh karena itu, ada kebijakan di Indonesia bahwa kehadiran bank asing di Indonesia seharusnya tidak lagi menjadi anak perusahaan, tapi harus Indonesia .
"Berapa banyak cabang bank asing di Indonesia, apakah cabang atau anak perusahaan, benar-benar dipicu saat krisis 1998 memang merupakan diundaglom asing, maka kebebasannya hampir 99%. Kita tahu waktu itu benar-benar adalah waktu untuk investasi, "katanya .
Bagaimana menurut anda para pembaca setia ditanah air. Dengan adanya penjelasan dari menteri keuangan ini. Apakah kedepanya ada solusi terbaik. Dimana untuk segera merombak peraturan perbankan di Indonesia ini. Lalu mencoba lagi dengan aturan baru yang sangan menjanjikan. Agar dapat mengurangi krisis yang sudah dari dulu ada sampai saat ini ?. Terimakasih .
Post A Comment:
0 comments so far,add yours